Penjualan mobil di Indonesia pada beberapa tahun terakhir
mengalami stagnasi dan tidak dapat menembus angka 1 juta unit. Bahkan, pada
tahun 2024, kondisi pasar mobil semakin memburuk, dengan penurunan yang cukup
signifikan. Hal ini menyebabkan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia
(Gaikindo) terpaksa merevisi target penjualan mobil tahun ini dari 1,1 juta
unit menjadi hanya 850 ribu unit. Angka ini menunjukkan penurunan yang cukup
tajam, yang tentunya memunculkan pertanyaan mengenai apa yang menyebabkan
penurunan penjualan tersebut.
Menurut hasil survei yang dilakukan oleh MarkPlus, ada
sejumlah faktor yang mempengaruhi lemahnya permintaan mobil baru di Indonesia,
sehingga target penjualan kendaraan bermotor tidak dapat tercapai. Iwan
Setiawan, CEO MarkPlus, Inc, mengungkapkan beberapa alasan utama yang menjadi
penyebab penurunan penjualan mobil tersebut. Dalam acara Automotive
Industry Roundtable: Navigating The Future of The 4W Industry yang
diselenggarakan pada Rabu, 6 November 2024, Iwan menjelaskan bahwa ada empat
faktor utama yang mempengaruhi penurunan penjualan mobil di pasar Indonesia.
1. Harga Mobil
yang Terlalu Mahal
Faktor pertama yang disebutkan oleh Iwan Setiawan adalah
harga mobil yang semakin mahal. Berdasarkan survei yang dilakukan MarkPlus,
sebanyak 56 persen konsumen menganggap harga mobil baru saat ini sudah terlalu
tinggi. Kenaikan harga kendaraan bermotor terutama dipengaruhi oleh sejumlah
faktor, termasuk inflasi, biaya bahan bakar, dan kenaikan biaya produksi. Harga
mobil yang semakin tinggi tentu saja menjadi hambatan bagi banyak konsumen
untuk membeli mobil baru, terutama bagi mereka yang memiliki pendapatan
terbatas.
Di samping itu, ada kesenjangan yang cukup signifikan antara
harga mobil dengan daya beli masyarakat Indonesia. Pendapatan per kapita yang
relatif rendah membuat banyak konsumen merasa bahwa membeli mobil baru bukanlah
prioritas, apalagi jika mereka harus berkompromi dengan kualitas atau memilih
kendaraan yang lebih rendah kelasnya.
2. Kenaikan Pajak
Kendaraan
Faktor kedua yang turut mempengaruhi penurunan penjualan
mobil adalah kenaikan pajak kendaraan. Menurut Iwan, pajak kendaraan yang
semakin tinggi membuat harga mobil menjadi lebih mahal, dengan kenaikan sekitar
20 hingga 30 persen. Pajak yang lebih tinggi membuat biaya total kepemilikan
mobil semakin besar, sehingga masyarakat yang sebelumnya berencana membeli
mobil baru terpaksa menunda atau membatalkan rencana tersebut.
Pajak kendaraan yang tinggi bukan hanya memengaruhi harga
mobil baru, tetapi juga berdampak pada daya beli konsumen. Selain itu, aturan
mengenai pajak progresif yang diberlakukan di beberapa daerah juga semakin
menambah beban bagi pemilik kendaraan, khususnya bagi mereka yang memiliki
lebih dari satu mobil.
3. Tingginya Suku
Bunga Kredit
Penyebab ketiga adalah tingginya bunga yang diterapkan oleh
lembaga pembiayaan (leasing) untuk pembelian mobil secara kredit. Di Indonesia,
mayoritas pembelian mobil dilakukan dengan skema kredit, baik itu kredit
melalui bank ataupun lembaga pembiayaan. Tingginya bunga kredit membuat
angsuran bulanan menjadi lebih besar, yang pada akhirnya meningkatkan total
biaya yang harus dikeluarkan oleh konsumen selama periode kredit. Hal ini
semakin membuat mobil baru menjadi tidak terjangkau, terutama bagi konsumen dengan
pendapatan yang terbatas.
Menurut Iwan, meskipun banyak konsumen yang tertarik untuk
membeli mobil secara kredit, namun tingginya bunga kredit yang berlaku membuat
mereka harus berpikir ulang. Ditambah lagi, suku bunga yang tidak stabil dapat
menyebabkan ketidakpastian dalam perencanaan keuangan konsumen, yang akhirnya
membuat mereka menunda pembelian kendaraan.
4. Mobil Bekas
Sebagai Alternatif Pilihan
Faktor terakhir yang menjadi alasan mengapa penjualan mobil
baru tidak bisa menembus angka 1 juta unit adalah semakin banyaknya konsumen
yang beralih ke pasar mobil bekas. Iwan Setiawan menegaskan bahwa banyak
konsumen yang sebenarnya memiliki dana cukup untuk membeli mobil baru, namun
memilih membeli mobil bekas sebagai alternatif. Keputusan ini diambil karena
dengan anggaran yang sama, konsumen bisa mendapatkan model mobil yang lebih
tinggi atau lebih mewah jika membeli mobil bekas.
Pasar mobil bekas kini semakin diminati, dengan pilihan
kendaraan yang lebih beragam dan harga yang lebih terjangkau. Bagi sebagian
konsumen, membeli mobil bekas menjadi pilihan yang lebih bijak karena mereka
dapat memperoleh kendaraan dengan fitur yang lebih canggih atau kelas yang
lebih tinggi tanpa harus mengeluarkan uang lebih banyak. Bahkan, beberapa
konsumen menganggap bahwa membeli mobil bekas bisa memberikan keuntungan berupa
depresiasi yang lebih rendah, karena mobil bekas sudah tidak mengalami penurunan
nilai yang signifikan seperti halnya mobil baru.
Penurunan
Penjualan Mobil pada 2023 dan 2024
Sebagai informasi, penjualan mobil di Indonesia pada tahun
2023 tercatat sebanyak 998.059 unit, yang turun sekitar 1,5 persen dibandingkan
dengan penjualan pada tahun 2022 yang mencapai 1.013.582 unit. Penurunan ini
menjadi indikasi bahwa pasar mobil Indonesia mulai mengalami kesulitan dalam
mempertahankan pertumbuhannya.
Pada tahun 2024, periode Januari hingga September, penjualan
mobil retail tercatat hanya mencapai 657.223 unit. Angka ini menunjukkan
penurunan yang signifikan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun
sebelumnya. Penurunan penjualan yang cukup tajam ini mengindikasikan bahwa
faktor-faktor yang disebutkan sebelumnya memang berpengaruh besar terhadap daya
beli konsumen di pasar otomotif Indonesia.
Dampak dan Solusi
untuk Mengatasi Stagnasi Penjualan Mobil
Stagnasi penjualan mobil ini tentu menjadi tantangan bagi
industri otomotif Indonesia. Penurunan penjualan mobil bisa berdampak pada
sejumlah sektor terkait, seperti manufaktur, distribusi, dan sektor pendukung
lainnya. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan berbagai
langkah strategis.
Pertama, produsen mobil perlu berinovasi dengan menghadirkan
produk-produk yang lebih terjangkau namun tetap berkualitas. Pengurangan biaya
produksi melalui efisiensi dan teknologi yang lebih canggih dapat membantu
menurunkan harga mobil baru. Selain itu, produsen juga perlu memanfaatkan
insentif pemerintah terkait kendaraan ramah lingkungan untuk mengurangi harga
jual kendaraan listrik, yang semakin populer di pasar global.
Kedua, pemerintah bisa memberikan dukungan lebih lanjut
dalam bentuk kebijakan yang lebih berpihak kepada konsumen, seperti penurunan
pajak kendaraan, insentif untuk pembelian mobil ramah lingkungan, atau subsidi
untuk bunga kredit kendaraan.
Terakhir, penting juga untuk mengedukasi masyarakat mengenai
manfaat dan keuntungan membeli mobil baru, seperti garansi, fitur keamanan, dan
kenyamanan yang lebih baik dibandingkan mobil bekas. Dengan langkah-langkah
ini, diharapkan penjualan mobil di Indonesia dapat kembali pulih dan melampaui
angka 1 juta unit dalam beberapa tahun ke depan.
Komentar
Posting Komentar