Suzuki, produsen mobil asal Jepang yang dikenal dengan
jajaran kendaraan serbaguna, baru-baru ini mengumumkan keputusan mengejutkan
terkait masa depan kendaraan listrik mereka. Setelah sebelumnya merencanakan
untuk meluncurkan lima model Battery Electric Vehicle (BEV) pada tahun
2030, kini mereka memutuskan untuk menunda rencana tersebut. Keputusan ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tengah dihadapi oleh perusahaan, termasuk
penurunan penjualan, ketidakpastian pasar mobil listrik, dan meningkatnya
persaingan dari merek-merek asal Tiongkok yang menawarkan harga lebih
terjangkau.
Penurunan
Penjualan dan Dampak Persaingan Mobil Listrik
Menurut Toshihiro Suzuki, Presiden Suzuki, perusahaan sedang
menghadapi tantangan besar dalam menghadapi penurunan penjualan kendaraan
listrik di pasar global. Suzuki yang sudah lebih dulu merambah sektor
elektrifikasi, kini merasa khawatir dengan lambatnya permintaan terhadap kendaraan
listrik di berbagai pasar, termasuk pasar utama mereka, yaitu India. Di sisi
lain, mobil listrik murah dan terjangkau dari Tiongkok semakin membanjiri
pasar, memberikan tantangan besar bagi produsen mobil tradisional seperti
Suzuki.
Salah satu alasan mengapa mobil listrik asal Tiongkok dapat
ditawarkan dengan harga yang lebih terjangkau adalah karena dukungan besar dari
pemerintah Tiongkok yang memberikan insentif dan subsidi bagi produsen mobil
listrik domestik. Hal ini membuat mobil listrik buatan Tiongkok sangat
kompetitif, terutama di pasar-pasar berkembang yang memiliki daya beli
terbatas. Suzuki, yang selama ini mengandalkan mobil dengan mesin konvensional
(Internal Combustion Engine/ICE), merasa terancam dengan masuknya mobil
listrik murah tersebut.
“Saat ini, kami berada dalam situasi yang sangat sulit
karena penjualan BEV melambat dan, di sisi lain, EV yang terjangkau dan murah
dari Tiongkok mulai masuk ke pasar. Jadi, ini adalah waktu yang sangat sulit
untuk memperkenalkan lebih lanjut BEV,” ungkap Toshihiro Suzuki, sebagaimana
dilansir oleh Carscoops pada Kamis (7/11/2024).
Tentu saja, ini bukan masalah yang hanya dihadapi oleh
Suzuki. Banyak produsen mobil global lainnya juga merasakan dampak dari
persaingan sengit yang datang dari produsen-produsen mobil listrik asal
Tiongkok, seperti BYD, SAIC, dan Geely. Dengan harga yang lebih murah dan
teknologi yang terus berkembang, mobil listrik Tiongkok menjadi pilihan yang
semakin populer di banyak negara, termasuk di Asia, Eropa, dan beberapa negara
berkembang lainnya.
Mengurungkan
Rencana untuk Meluncurkan Lima Model BEV pada 2030
Sebagai bagian dari strategi elektrifikasi mereka,
sebelumnya Suzuki telah merencanakan untuk meluncurkan lima model BEV pada
tahun 2030. Rencana ini didorong oleh komitmen Suzuki untuk memperkuat
posisinya di pasar kendaraan listrik global. Namun, dengan kondisi pasar yang
tidak pasti dan penurunan permintaan kendaraan listrik, perusahaan akhirnya
memilih untuk menunda peluncuran model-model BEV tersebut.
Selain penurunan permintaan, kekhawatiran lainnya adalah biaya
investasi besar yang diperlukan untuk mengembangkan kendaraan listrik. Suzuki
dilaporkan berencana untuk menginvestasikan 35 miliar USD dalam pengembangan
kendaraan listrik hingga 2030. Namun, mengingat ketidakpastian dalam pasar
kendaraan listrik dan persaingan yang semakin ketat, investasi sebesar itu kini
dipertimbangkan dengan lebih hati-hati.
Toshihiro Suzuki juga menambahkan, “Melihat situasi saat
ini, insentif pemerintah untuk BEV mulai dikeluarkan, dan ditambah dengan EV
Tiongkok yang memiliki daya saing di segmen yang sangat kuat, Anda harus
berpikir hati-hati tentang jenis BEV apa yang harus diperkenalkan ke pasar dan
dalam waktu berapa.” Ini menunjukkan bahwa meskipun Suzuki tetap berkomitmen
untuk beralih ke mobil listrik, mereka akan melakukannya dengan pendekatan yang
lebih berhati-hati dan selektif.
Isu Terkait Jimny
BEV dan Model S-Cross dan Ignis
Selain menunda rencana untuk meluncurkan lima model BEV,
Suzuki juga menepis rumor yang beredar mengenai kemungkinan peluncuran Jimny
versi BEV. Model legendaris ini dikenal dengan kemampuannya untuk menjelajah
medan off-road yang berat, namun, Toshihiro Suzuki mengungkapkan bahwa
mengubah Jimny menjadi kendaraan listrik bukanlah keputusan yang bijak. Hal ini
disebabkan oleh sifat mobil off-road yang memiliki banyak komponen mekanis dan
berjalan di medan yang sangat berat, yang bisa menyebabkan kerusakan pada komponen
baterai.
Begitu juga dengan model S-Cross dan Ignis, yang sempat
dirumorkan akan menerima elektrifikasi dalam waktu dekat, namun menurut Suzuki,
perubahan tersebut tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. Suzuki menilai bahwa
kendaraan dengan kapasitas mesin konvensional seperti S-Cross dan Ignis tidak
cocok untuk dikonversi menjadi kendaraan listrik karena karakteristiknya yang
sangat bergantung pada mesin pembakaran internal dan kebutuhan daya yang sangat
berbeda dibandingkan dengan mobil listrik.
Fokus pada Pasar
India dan Teknologi Hybrid
Meski mengalami ketidakpastian di pasar kendaraan listrik,
Suzuki tetap optimis terhadap perkembangan sektor mobilitas ramah lingkungan,
terutama dengan pasar India yang masih menjadi sumber pendapatan terbesar bagi
mereka. India, dengan populasi yang besar dan ekonomi yang terus berkembang,
menjadi pasar yang sangat penting bagi Suzuki, di mana kendaraan berbahan bakar
konvensional (ICE) masih mendominasi. Bahkan hampir setengah dari penjualan
tahunan Suzuki di India berasal dari pasar mobil dengan mesin konvensional.
Dengan demikian, meskipun Suzuki menyadari pentingnya
elektrifikasi, mereka tidak merasa terburu-buru dalam menggantikan mesin
pembakaran internal dengan kendaraan listrik di pasar India. Selain itu,
mengingat mobil listrik masih terbilang mahal dan memiliki infrastruktur
pengisian daya yang terbatas di negara-negara berkembang, Suzuki tetap fokus
pada pengembangan teknologi hybrid, bahan bakar e-fuel, dan kendaraan
berbahan bakar biogas sebagai alternatif yang lebih terjangkau dan ramah
lingkungan. Suzuki berharap teknologi-teknologi ini dapat membantu mengurangi
emisi karbon secara signifikan tanpa harus mengorbankan daya beli konsumen,
terutama di negara-negara dengan daya beli yang lebih rendah.
Peluncuran Suzuki
eVitara: Langkah Awal Menuju Elektrifikasi
Walaupun menghadapi tantangan dan ketidakpastian di pasar
kendaraan listrik, Suzuki baru-baru ini meluncurkan eVitara, kendaraan listrik
pertama mereka yang diproduksi secara massal. SUV listrik ini akan melengkapi
portofolio produk mereka di pasar India. Peluncuran eVitara ini menjadi langkah
awal yang penting bagi Suzuki untuk memasuki pasar kendaraan listrik, meskipun
mereka tetap mengakui adanya tantangan besar dalam hal persaingan harga dan
teknologi dengan produsen kendaraan listrik asal Tiongkok.
Namun, keputusan untuk meluncurkan eVitara merupakan
keputusan yang strategis, mengingat permintaan terhadap kendaraan listrik di
pasar India perlahan mulai berkembang. Suzuki berharap, dengan adanya insentif
pemerintah yang mendukung adopsi kendaraan listrik, mereka dapat mengatasi
tantangan yang ada dan memperkenalkan lebih banyak model BEV di masa depan.
Keputusan Suzuki untuk menunda peluncuran lima model BEV
pada 2030 mencerminkan kompleksitas dan tantangan yang dihadapi oleh banyak
produsen otomotif dalam menghadapi transisi menuju kendaraan listrik. Dengan
adanya persaingan yang semakin ketat, terutama dari produsen mobil listrik asal
Tiongkok, serta ketidakpastian dalam pasar, Suzuki memilih untuk lebih
berhati-hati dalam mengembangkan kendaraan listrik. Namun, meskipun demikian,
Suzuki tetap berkomitmen pada elektrifikasi secara bertahap, dengan meluncurkan
model pertama mereka, eVitara, dan terus mengeksplorasi teknologi alternatif
seperti hybrid dan bahan bakar e-fuel. Fokus utama mereka tetap pada pasar
negara berkembang, terutama India, di mana kendaraan berbahan bakar
konvensional masih mendominasi. Ke depannya, keberhasilan Suzuki dalam
mengembangkan mobil listrik akan sangat bergantung pada penerimaan pasar,
insentif pemerintah, dan kemampuan perusahaan untuk bersaing dengan merek-merek
lain di pasar global.
Komentar
Posting Komentar